By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Sekala.id
  • Nasional
  • Daerah
    • Samarinda
    • Balikpapan
    • Bontang
    • Kutai Kartanegara
    • Kutai Timur
  • Peristiwa
  • Hukum & Kriminal
  • Politik
  • Inspirasi
  • Lainnya
    • Pemerintahan
    • Parlemen
    • Advertorial
    • Kultur
    • Olahraga
    • Hiburan
Sekala.idSekala.id
Font ResizerAa
  • Nasional
  • Daerah
  • Hukum & Kriminal
  • Politik
  • Pemerintahan
  • Parlemen
  • Kultur
  • Olahraga
  • Peristiwa
  • Inspirasi
  • Advertorial
  • Hiburan
Search
  • Nasional
  • Daerah
    • Balikpapan
    • Bontang
    • Kutai Kartanegara
    • Samarinda
  • Hukum & Kriminal
  • Politik
  • Pemerintahan
  • Parlemen
  • Kultur
  • Olahraga
  • Peristiwa
  • Inspirasi
  • Advertorial
  • Hiburan
Have an existing account? Sign In
Follow US
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
© 2023 sekala.id. PT Sekala Media Klausa. All Rights Reserved
Budaya

Akulturasi Jawa-Banjar dalam Bahasa dan Arsitektur pada Masa Kesultanan Banjar (2)

Redaksi
By Redaksi
Published Kamis, 8 Juni 2023
Share
Ilustrasi kehidupan warga pada era Kesultanan Banjar. (Klausa.co)
SHARE

Klausa.co – Kalimantan Selatan memiliki sejarah yang kaya dan menarik, terutama terkait dengan Kesultanan Banjar, salah satu kerajaan Islam di Nusantara yang berdiri pada abad ke-16. Kesultanan Banjar memiliki hubungan erat dengan Jawa, baik dalam hal agama, budaya, maupun politik.

Contents
Latar Belakang Berdirinya Kesultanan BanjarMasa Kejayaan dan Hubungan dengan JawaJejak Akulturasi Jawa dan Banjar

Berikut adalah ulasan singkat tentang sejarah Kesultanan Banjar dan jejak akulturasi Jawa dan Banjar.

Latar Belakang Berdirinya Kesultanan Banjar

Kesultanan Banjar berawal dari Kerajaan Negara Daha, sebuah kerajaan Hindu yang berpusat di Kalimantan Selatan. Pada akhir abad ke-15 Masehi, terjadi konflik dinasti di antara keluarga kerajaan Negara Daha. Pangeran Samudera, cucu dari Maharaja Sukarama, ditunjuk sebagai pewaris takhta. Namun, Pangeran Tumenggung, putra Maharaja Sukarama, tidak terima dan membunuh kakaknya, Pangeran Mangkubumi, untuk merebut kekuasaan.

Pangeran Samudera yang merasa terancam kemudian melarikan diri ke daerah hilir Sungai Barito atau Banjar. Di sana, ia bertemu dengan Khatib Dayan, seorang ulama dari Kesultanan Demak yang menyebarkan agama Islam di Kalimantan. Pangeran Samudera kemudian memeluk Islam dan berganti nama menjadi Sultan Suriansyah. Ia juga mendirikan Kesultanan Banjar pada tahun 1520 Masehi dengan bantuan dari Demak.

Masa Kejayaan dan Hubungan dengan Jawa

Kesultanan Banjar mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Mustain Billah (1595-1638 M). Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup sebagian besar Kalimantan Selatan dan Tengah. Ia juga menjalin hubungan dagang dengan berbagai negara asing, seperti Inggris, Belanda, Portugal, Spanyol, dan Tiongkok. Komoditas utama yang diperdagangkan adalah lada hitam, madu, rotan, emas, intan, damar, dan kulit binatang.

Kesultanan Banjar juga memiliki hubungan erat dengan Jawa, khususnya dengan Kesultanan Mataram. Sultan Mustain Billah mengirimkan utusan ke Mataram untuk mengucapkan hormat kepada Sultan Agung dan meminta bantuan untuk menghadapi ancaman Belanda.

Sultan Agung pun mengirimkan pasukan untuk membantu Banjar melawan Belanda. Namun, hubungan antara Banjar dan Mataram menjadi renggang setelah Sultan Agung meninggal dan digantikan oleh putranya, Amangkurat I.

Jejak Akulturasi Jawa dan Banjar

Pengaruh Jawa terhadap Banjar dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satunya adalah bahasa. Bahasa Banjar merupakan salah satu bahasa Melayu yang mengalami akulturasi dengan bahasa Jawa. Hal ini disebabkan oleh kontak budaya yang terjadi sejak masa kerajaan Majapahit hingga Demak. Beberapa contoh kosa kata serapan bahasa Jawa dalam bahasa Banjar adalah:

Banyu (air)
Awak (badan)
Lawang (pintu)
Igal (tari)
Sabun (sabun)
Rabit (robek)

Selain bahasa, pengaruh Jawa juga tampak dari arsitektur masjid-masjid peninggalan Kesultanan Banjar. Tiga masjid yang memiliki ragam arsitektur menyerupai masjid agung Demak adalah masjid Kuin, Jami, dan Basirih. Masjid-masjid ini dibangun dengan menggunakan kayu dan bambu, serta memiliki atap bertingkat yang melambangkan tingkatan surga. (Fch/Klausa)

TAGGED:Akulturasi BahasaBahasa BanjarBahasa JawaBanjarBanjar JawaBudaya Banjar JawaJawaKerajaan Negara DahaKesultanan BanjarPangeran SamuderaPersamaan Bahasa Banjar JawaSultan AgungSultan Mustain BillahSultan Suriansyah
Share This Article
Facebook Pinterest Whatsapp Whatsapp Email Copy Link Print
Previous Article Pemkab Kukar Bantu Warga Hadapi Musim Kemarau dengan Tandon dan Coolbox
Next Article Balita 3 Tahun di Samarinda Terpapar Sabu Gara-gara Minum dari Tetangga

Berita Undas

Guru Honorer SMA/SMK di Kaltim Enam Bulan Tanpa Gaji, DPRD Minta Pemprov Bertindak
Kamis, 19 Juni 2025
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin (kanan) dan Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kaltim, Dasmiah (kiri).
“Gratispol” Resmi Bergulir: Pendidikan dan Kesehatan Gratis Jadi Amunisi Awal Pemprov Kaltim
Kamis, 19 Juni 2025
Gaji Belum Cair Sejak Januari, Guru Honorer SMA/SMK di Kaltim Menjerit
Selasa, 17 Juni 2025
Pelindo Tepis Tuduhan Ilegal, Warga Tegaskan Aksi Tolak Pandu Bukan oleh Preman
Jumat, 13 Juni 2025
Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kaltim, Dasmiah.
Pemprov Kaltim Luncurkan GratisPol, Mahasiswa Ditargetkan Tak Perlu Bayar UKT Lagi
Jumat, 13 Juni 2025

Berita yang mungkin kamu sukai

Budaya

Hubungan Bahasa dan Budaya Jawa-Banjar pada Masa Nagara Dipa (1)

7 Min Read

Peleburan Bahasa Jawa dan Banjar, Jejak Sejarah dan Budaya (3)

4 Min Read
Sekala.id

Afiliasi:

Logo SMSI
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
© 2023 sekala.id. PT Sekala Media Klausa. All Rights Reserved
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna
Password

Lost your password?