Sekala.id – Madihin adalah salah satu sastra lisan yang sangat terkenal di Kalimantan Selatan dan merupakan budaya khas Banjar. Madihin berasal dari kata madhah (مدحت) dalam bahasa Arab yang berarti nasihat, tapi bisa juga berarti pujian atau mengucapkan syair sebagai pujian. Madihin diperkirakan sudah ada sejak tahun 1800, setelah Islam masuk dan berkembang di Kalimantan.
Madihin merupakan kesenian yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda asal Kalimantan Selatan pada 2012. Pada perkembangannya, madihin telah menyebar ke berbagai wilayah di luar Kalimantan Selatan, seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, bahkan ke beberapa kebupaten di Provinsi Jambi dan Riau.
Ciri-Ciri dan Struktur Madihin
Madihin merupakan suguhan pentas monolog oleh satu hingga empat orang seniman tradisional. Pentas tersebut merangkai syair dan pantun yang diiringi dengan musik gendang khas Banjar. Biasanya, kesenian madihin melemparkan sindiran-sindiran, pesan sosial, atau moral dengan kosa kata yang menggelitik dan lucu. Kata-kata yang digunakan muncul secara spontan menggunakan bahasa Melayu setempat atau bahasa Banjar.
Alat musik yang digunakan dalam kesenian Madihin adalah terbang madihin, yaitu alat musik semacam rebana atau gendang. Terbang madihin memiliki diameter sekitar 30 cm dan tinggi sekitar 10 cm. Terbang madihin dibuat dari kayu pohon jingah atau pohon nangka yang dilapisi dengan kulit kambing dan dikencangkan menggunakan rotan.
Dalam pertunjukannya, madihin memiliki struktur baku bagi semua pemadihin, yaitu:
1. Pembukaan, dengan menyanyikan sampiran sebuah pantun yang diawali dengan pukulan terbang madihin yang disebut pukulan membuka. Pada sampiran ini biasanya menyangkut tema yang akan dibawakan pemadihin.
2. Memasang tabi, yaitu membawakan syair-syair atau pantun yang isinya menghormati penonton, memberikan pengantar, terima kasih atau permohonan maaf jika nanti ada salah kata dalam membawakan madihin.
3. Menyampaikan isi (manguran), yaitu menyampaikan syair atau pantun yang isinya sesuai dengan tema acara atau permintaan panitia. Sebelum isi dari tema madihin dikupas oleh pemadihin, sampiran pantun di awal harus disampaikan isinya terlebih dahulu (mamacah bunga).
4. Penutup, yaitu menyampaikan kesimpulan, sambil menghormati penonton, mohon pamit, dan ditutup dengan pantun penutup.
Fungsi dan Makna Madihin
Madihin memiliki fungsi dan makna yang beragam bagi masyarakat Banjar. Berikut adalah beberapa di antaranya:
– Madihin sebagai media hiburan dan pendidikan bagi masyarakat Banjar. Melalui madihin, masyarakat Banjar dapat menikmati sajian seni tutur yang mengandung humor, kritik sosial, nasihat moral, dan informasi aktual.
– Madihin sebagai media pelestarian dan pengembangan bahasa dan sastra Banjar. Melalui madihin, masyarakat Banjar dapat melestarikan dan mengembangkan bahasa dan sastra Banjar yang kaya akan ungkapan-ungkapan khas dan nilai-nilai budaya.
– Madihin sebagai media komunikasi dan interaksi sosial bagi masyarakat Banjar. Melalui madihin, masyarakat Banjar dapat berkomunikasi dan berinteraksi secara langsung dengan pemadihin maupun sesama penonton.
– Madihin sebagai media ekspresi dan apresiasi seni bagi masyarakat Banjar. Melalui madihin, masyarakat Banjar dapat mengekspresikan dan mengapresiasi seni tutur yang memiliki ciri khas tersendiri. (Red/Sekala.id)