Kukar, Sekala.id – Komisi IV DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) melayangkan kritik pedas terhadap operasional PT Kalimantan Ferro Industry (KFI) di Kecamatan Sangasanga, Kutai Kartanegara (Kukar). Hal ini mencuat usai kunjungan kerja ke perusahaan tersebut pada Kamis (19/6/2025) lalu.
Sekretaris Komisi IV DPRD Kaltim, Muhammad Darlis, menyoroti minimnya kesiapan manajemen KFI dalam menerima kunjungan resmi dari legislatif. Ia mengungkapkan bahwa kunjungan tersebut telah diberitahukan melalui surat resmi tiga hari sebelumnya, namun perusahaan dinilai tidak menunjukkan kesiapan yang memadai.
“Bahkan saat kami ingin meninjau langsung area produksi, kami ditolak dengan alasan tidak memiliki surat izin keselamatan. Ini sangat disayangkan,” tegas Darlis, Selasa (24/6/2025).
Darlis juga mengangkat masalah keselamatan kerja di lingkungan KFI, termasuk dua insiden kebakaran sejak perusahaan mulai beroperasi pada 2023. Insiden tersebut bahkan menimbulkan korban jiwa, termasuk dari kalangan tenaga kerja asing.
Sorotan lain datang dari Anggota Komisi IV, Sarkowi V Zahry. Ia mengkritik kondisi infrastruktur menuju kawasan industri yang dinilai memprihatinkan.
“Akses jalan menuju perusahaan sangat buruk. Perusahaan sebesar ini seharusnya dapat memberikan kontribusi lebih dalam hal perbaikan infrastruktur sekitar, minimal lewat program CSR,” ujarnya.
Sementara itu, anggota Komisi IV lainnya, Agus Aras, menilai pihak manajemen belum transparan dalam menyusun dan menyampaikan arah program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
“Waktu kami tanya soal program CSR, jawabannya masih normatif. Harusnya ada strategi jangka panjang yang terukur, bukan cuma kegiatan seremonial,” tegas Agus.
Menanggapi hal itu, Owner Representative PT KFI, Ardhi Soemargo, menyatakan bahwa perusahaan tetap berkomitmen terhadap keberlanjutan dan keselamatan kerja. Ia menjelaskan bahwa penolakan akses saat kunjungan dewan bukan bentuk penolakan, melainkan murni karena prosedur keselamatan industri yang ketat.
“Keselamatan tamu adalah prioritas kami. Kami sangat menghargai perhatian dan kritik dari Komisi IV,” kata Ardhi.
Ia juga menyebutkan bahwa KFI tetap menjalankan sejumlah program CSR, seperti pembangunan jalan, bantuan untuk kegiatan sosial dan keagamaan, serta mendukung program pengembangan ekowisata.
Namun, Ardhi tak menampik bahwa perusahaan tengah menghadapi tekanan berat akibat fluktuasi harga feronikel global. Kondisi ini berdampak pada pengurangan jumlah karyawan, dari sebelumnya 1.700 orang menjadi hanya 774 orang saat ini. (Jor/El/Sekala)