Samarinda, Sekala.id – Proyek pembangunan terowongan di Jalan Sultan Alimudin, Kota Samarinda, kembali memantik kekhawatiran publik. Pasalnya, bagian lereng di terowongan yang belum rampung tersebut mengalami rontokan pada Senin pagi (12/5/2025).
Peristiwa ini terekam dalam video amatir dan menyebar luas di media sosial. Respons cepat pun muncul dari warganet, yang mempertanyakan aspek keselamatan proyek tersebut.
Terowongan tersebut sejatinya belum diresmikan dan masih dalam tahap pembangunan. Namun insiden rontoknya tanah di sisi lereng cukup membuat warga cemas, terutama soal ketahanan konstruksi dan perencanaan proyek.
Di kolom komentar akun Instagram @samarindaetam, berbagai suara kritis muncul. Salah satunya dari pengguna @adi_fijay yang menulis, “Sebaiknya ditunda sampai semuanya benar-benar aman. Jangan terburu-buru. Sudah tahu tanah daerah situ rawan, kenapa tetap dipaksakan?”
Senada, akun @alikusno.forensik juga mengingatkan bahwa karakter tanah di lokasi tersebut tergolong gembur dan rawan longsor.
Akun @samarindaetam sendiri menyebut proyek tersebut berada di kawasan Selili, bagian dari jalur antiklinorium Samarinda yang secara geologi memang dikenal labil. Warganet pun menuntut transparansi lebih dalam perencanaan dan kajian geoteknik proyek ini.
Menanggapi kejadian tersebut, Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Samarinda, Neneng Chamelia Shanti, menjelaskan bahwa insiden itu bukan longsor besar.
“Yang terjadi hanya rontokan kecil di sisi lereng kanan sekitar pukul 09.30 Wita. Badan utama terowongan aman,” kata Neneng saat dikonfirmasi, Senin (12/5/2025).
Ia menambahkan, perbaikan akan dilakukan setelah cuaca membaik. “Tim pelaksana sudah siaga. Kita tunggu hujan reda agar bisa segera ditangani,” ucapnya.
Sementara itu, Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda, Romiansyah, mengatakan cuaca ekstrem menjadi faktor utama insiden ini.
“Curah hujan tinggi memang memicu kerawanan di titik-titik konstruksi terbuka. Kami terus memantau dan berkoordinasi dengan BMKG,” ujar Romiansyah. (Jor/El/Sekala)