Samarinda, Sekala.id – Samarinda, ibu kota Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), tidak mau kalah dengan kota-kota lain dalam hal pengembangan pariwisata. Salah satu upaya yang dilakukan adalah merencanakan transformasi kantor lama Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kaltim yang berlokasi di Gelora Kadrie Oening menjadi museum.
Kantor tersebut sudah tidak digunakan lagi sejak Gubernur Kaltim Isran Noor meresmikan kantor baru Dispora di Tower Kadrie Oening yang masih di area GOR Kadrie Oening. Kantor lama yang berada di area stadion itu dianggap memiliki potensi untuk menjadi salah satu daya tarik wisata di Samarinda.
Nidya Listiyono, politikus Partai Golkar yang juga menjabat sebagai Bendahara DPD Golkar Kaltim, mengaku setuju dengan rencana pemerintah untuk mengubah kantor lama Dispora menjadi museum. Menurutnya, langkah ini akan meningkatkan ketertarikan masyarakat untuk berkunjung ke museum.
“Kalau hari ini peruntukannya memang sudah disiapkan, yang lama jadi museum. Ya saya pikir, harapannya supaya banyak pengunjung yang datang kesana,” kata Nidya.
Dia menilai bahwa kompleks Gelora Kadrie Oening sudah menjadi pusat keramaian di Kota Samarinda. Banyak masyarakat yang berolahraga, jogging, atau sekadar bersantai di sana setiap hari, terutama Minggu pagi dan sore. Jika ada museum baru di sana, maka akan semakin menambah daya tarik kompleks tersebut.
“Kalau Hotel Atlet juga dialihfungsikan, maka disana akan sangat ramai dan perputaran ekonomi melonjak. Disana itu ada potensi sebagai pusat aktivitas dan hiburan yang ramai,” ujarnya.
Nidya juga berharap bahwa museum baru ini bisa menjadi tempat edukasi dan inspirasi bagi masyarakat, terutama generasi muda. Ia mendukung jika museum tersebut menampilkan penghargaan-penghargaan yang pernah diraih oleh Dispora Kaltim dalam bidang olahraga dan pemuda.
“Jika konsep penghargaan dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi masyarakat, saya mendukungnya. Intinya, asalkan transformasi Kantor Dispora menjadi museum bisa menjadi langkah positif untuk meningkatkan daya tarik Kota Samarinda,” tuturnya.
Meski mendukung rencana transformasi kantor lama Dispora menjadi museum, Nidya juga tidak melupakan tantangan yang akan dihadapi. Ia menekankan pentingnya merancang konsep museum dengan baik agar tidak menjadi ‘museum buaya’.
Museum buaya adalah istilah Nidya gunakan untuk menyebut museum-museum yang tidak bermakna atau tidak diminati oleh masyarakat. Nidya mengatakan bahwa Kota Samarinda sudah memiliki beberapa museum seperti Museum Di Taman Samarendah dan Museum Samarinda Seberang, namun tidak banyak dikunjungi oleh warga.
“Maka dari itu, jika ingin menjadi kantor lama Dispora Kaltim sebagai museum, pemerintah perlu memikirkan dan mempertimbangkan konsep yang pas secara matang agar tidak berujung pada pembentukan ‘museum yang tak bermakna’,” katanya.
Nidya menyarankan agar pemerintah melibatkan berbagai pihak dalam merancang konsep museum baru ini, seperti akademisi, seniman, budayawan, tokoh masyarakat, dan tentu saja Dispora Kaltim sendiri. Ia juga menginginkan agar museum baru ini memiliki koleksi yang menarik, interaktif, dan relevan dengan sejarah dan budaya Samarinda.
“Jangan sampai nanti jadi ‘museum buaya’ lagi,” tegasnya.
Nidya berharap bahwa museum baru ini bisa menjadi aset berharga yang memberi manfaat positif bagi masyarakat Samarinda dan pengunjungnya. Ia juga mengapresiasi upaya pemerintah untuk mengembangkan pariwisata di Samarinda dengan memanfaatkan potensi yang ada.
“Semoga bisa mengundang banyak orang untuk datang berkunjung. Namun, pastikan kembali bahwa konsep museum dirancang dengan baik agar tidak berakhir sebagai wahana yang tak bermakna,” pungkasnya. (Jor/El/ADV/DPRD Kaltim)