Samarinda, Sekala.id – Balapan liar di jalan raya masih menjadi momok bagi pengguna jalan lainnya. Di Samarinda, ibu kota Kalimantan Timur, aksi nekat para pembalap liar sering terjadi di malam hari, mengabaikan aturan lalu lintas dan keselamatan diri.
Para pelaku balapan liar ini didominasi oleh pemuda-pemuda yang masih berstatus pelajar. Mereka bahkan belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) yang sah. Namun, mereka berani menggeber motor-motor mereka dengan kecepatan tinggi, tanpa memperdulikan risiko kecelakaan yang bisa menimpa mereka atau orang lain.
Aksi balapan liar ini tentu saja menarik perhatian Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kalimantan Timur (Dispora Kaltim), yang bertanggung jawab atas pengembangan olahraga dan kepemudaan di daerah ini. Dispora Kaltim mengusulkan agar Pengurus Ikatan Motor Indonesia (IMI) Kaltim, yang dipimpin oleh Narto Bulang, mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah balapan liar ini.
Salah satu langkah yang disarankan oleh Dispora Kaltim adalah merekrut dan membina para pembalap liar tersebut, agar mereka bisa menyalurkan bakat dan minat mereka di arena balap resmi, yang lebih aman dan teratur.
“Salah satu peran yang bisa dilakukan IMI yakni dengan merekrut para pembalap liar yang kerap mengganggu ketertiban berlalu lintas. Saya berharap mereka tidak melakukan hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Kami mendorong mereka untuk mencari klub motor untuk bisa menyalurkan bakat mereka di tempat resmi,” ujar Kabid Pengembangan Pemuda Dispora Kaltim, Rasman.
Rasman mengatakan, rata-rata pembalap liar tersebut masih berusia muda, antara 15 hingga 18 tahun. Mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak yang lebih berpengalaman, seperti IMI Kaltim, yang merupakan induk organisasi olahraga otomotif di provinsi ini.
“Harusnya cabor terkait bisa memberikan perhatian. Jika ada yang berbakat ajak saja bergabung di IMI untuk ikut kejuaraan agar dibina daripada mereka mati sia-sia,” kata Rasman.
Rasman menambahkan, setelah dilakukan pembinaan yang baik dengan pelatih yang bagus, maka pembalap yang memiliki potensi tersebut bisa diberdayakan menjadi atlet yang profesional untuk ikut ambil bagian dalam kejuaraan-kejuaraan, baik tingkat daerah, nasional, maupun internasional.
“Sayang kalau potensi seperti ini tak dibina. Makanya pengurus IMI harus melihat potensi anak-anak itu. Setelah direkrut, kita salurkan ke wadah resmi. Latih baik-baik dengan mencari pelatih yang bagus. Jika jadi juara jadi bermanfaat bagi daerah,” tutur Rasman. (Kal/El/ADV/Dispora Kaltim)