Samarinda, Sekala.id – Keluhan orang tua siswa terkait mahalnya harga paket seragam sekolah kembali mencuat di Samarinda. Harga yang ditawarkan koperasi di sejumlah sekolah negeri disebut-sebut mencapai Rp1,3 juta hingga Rp1,8 juta per paket.
Kondisi ini menimbulkan keprihatinan, terutama karena bertolak belakang dengan kebijakan Wali Kota Samarinda, Andi Harun, yang ingin meringankan beban pendidikan melalui penghapusan biaya Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Novan Syahronny Pasie, menyebut pihaknya akan memanggil Dinas Pendidikan untuk meminta klarifikasi.
“Beban orang tua bukan hanya dari seragam. Ada juga buku kesehatan, tes IQ, dan item lain yang dimasukkan dalam paket koperasi sekolah. Ini harus dievaluasi,” tegas Novan, Selasa (22/7/2025).
Meski Dinas Pendidikan sudah merespons dengan menetapkan standar harga sementara, Novan menilai itu belum menyelesaikan akar persoalan.
“Yang dibutuhkan adalah solusi jangka panjang. Pemerintah daerah harus hadir lewat subsidi, minimal untuk seragam batik dan olahraga,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya pemetaan harga pasar sebagai acuan pengendalian harga koperasi sekolah.
“Harga di koperasi sekolah seharusnya tidak lebih mahal dari harga pasar. Bahkan idealnya harus lebih murah,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Samarinda, Asli Nuryadin, menegaskan bahwa pembelian seragam di koperasi tidak bersifat wajib.
“Orang tua bebas memilih. Kami hanya mengimbau agar koperasi tidak mengambil margin keuntungan terlalu tinggi,” katanya.
Asli mengakui bahwa belum ada standar harga resmi untuk pengadaan seragam, namun pihaknya akan terus mendorong transparansi harga di lingkungan sekolah.
“Kalau bisa, koperasi ambil untung tipis saja. Yang penting tidak memberatkan siswa dan orang tua,” pungkasnya. (Jor/El/Sekala)