Samarinda, Sekala.id – Pasar Pagi Samarinda, salah satu pasar tradisional tertua di Kota Tepian, tengah mengalami perubahan besar-besaran. Sejak akhir 2023, Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda melalui Dinas Perdagangan (Disdag) mulai melakukan revitalisasi pasar yang berdiri sejak tahun 1950-an itu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan bagi pedagang dan pembeli.
Namun, proses revitalisasi tidak berjalan mulus. Ada sejumlah kendala yang dihadapi, mulai dari penjarahan aset, penolakan pedagang, hingga keterbatasan fasilitas. Bagaimana Disdag Samarinda mengatasi masalah-masalah ini? Dan bagaimana nasib para pedagang yang harus pindah sementara ke lokasi lain?
Salah satu langkah awal yang dilakukan Disdag Samarinda dalam revitalisasi Pasar Pagi adalah memasang pagar pembatas di sekitar kawasan pasar. Pagar ini berfungsi untuk menutup akses masuk ke dalam pasar, sehingga memudahkan proses pengosongan pedagang dan barang dagangan. Kepala Disdag Samarinda Marnabas mengatakan, pagar pembatas dipasang setelah pengosongan pedagang selesai dilakukan.
“Untuk proses pemindahan pedagang sudah hampir 100 persen. Sisa pedagang yang berada di Gang Pandai yang berada di samping Pasar Pagi,” ujarnya saat ditemui pada Rabu (17/1/2023).
Menurut Marnabas, pagar pembatas juga bertujuan untuk mengamankan aset pemerintah kota Samarinda yang ada di dalam bangunan pasar. Sebelumnya, terjadi penjarahan besi tua dan rolling door oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
“Kami sudah melaporkan kejadian ini ke polisi. Kami harap ada tindakan tegas terhadap pelaku,” katanya.
Marnabas menambahkan, meskipun pasar ditutup, pihaknya tetap menyisakan akses bagi warga yang tinggal di sekitar pasar.
Sementara itu, para pedagang yang terkena dampak revitalisasi Pasar Pagi tidak dibiarkan tanpa tempat berjualan. Pemerintah kota Samarinda telah menyiapkan dua lokasi alternatif untuk mereka, yaitu Pasar Sungai Dama dan Segiri Grosir Samarinda (SGS).
Di Pasar Sungai Dama, para pedagang Pasar Pagi disiapkan fasilitas berupa tempat pemotongan unggas, kandang penempatan ayam hidup, dan tempat penjagalan. Selain itu, beberapa fasilitas lain juga terus dibenahi agar menciptakan lingkungan pasar yang bersih.
Sementara, di Segiri Grosir Samarinda (SGS), para pedagang Pasar Pagi yang menjual barang-barang garment mendapatkan fasilitas berupa musala di lantai satu dan dua, pendingin ruangan, dan eskalator.
Marnabas mengatakan, kedua lokasi tersebut sudah berjalan normal dan ramai dikunjungi pembeli. Ia berharap, para pedagang bisa bersabar dan beradaptasi dengan lokasi baru mereka.
“Kami berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi para pedagang. Kami juga berterima kasih atas kerja sama mereka selama proses revitalisasi,” katanya.
Meskipun proses revitalisasi Pasar Pagi sudah berjalan, masih ada tantangan yang harus dihadapi oleh Disdag Samarinda. Salah satunya adalah masih adanya pedagang yang berjualan di sisi Jalan Jelawat dan Otto Iskandardinata, yang berada di depan Pasar Sungai Dama. Mereka berjualan hingga ruas jalan, sehingga mengganggu arus lalu lintas. Untuk mengatasi hal ini, Marnabas sudah berkoordinasi dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Samarinda. Ia berencana untuk melakukan razia dalam beberapa hari ke depan.
Marnabas berharap, revitalisasi Pasar Pagi bisa selesai sesuai dengan target yang ditetapkan, yaitu akhir tahun 2024. Ia mengatakan, revitalisasi Pasar Pagi merupakan salah satu program unggulan pemerintah kota Samarinda untuk meningkatkan kesejahteraan para pedagang dan pembeli. (Jor/El/Sekala)