Samarinda, Sekala.id – Di tengah suasana Ramadan, Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Akmal Malik menggelar sesi dialog santai bersama para jurnalis yang bertugas di Bumi Etam pada Sabtu (16/3/2024) di Ruang VIP Rumah Jabatan Gubernur Kaltim.
Acara yang dihadiri pula oleh Syarifah Alawiyah (Kepala Biro Administrasi Pimpinan) dan Siti Farisyah Yana (Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim) ini menjadi wadah diskusi hangat seputar ketahanan pangan di Kaltim.
Yana memaparkan bahwa ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi dimana pangan tersedia cukup, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau. Ketahanan pangan Kaltim ditopang oleh tiga pilar utama: sumber daya dan lingkungan strategis, status pangan dan gizi, serta ketahanan pangan itu sendiri.
“Balikpapan memiliki Indeks Ketahanan Pangan (IKP) tertinggi di angka 91,4, sedangkan Mahulu memiliki IKP terendah,” ungkap Yana.
Tingginya Pravelance of Undernorismen (PoU) atau tingkat kekurangan konsumsi pangan di Mahulu, yaitu 31,51 persen, menjadi sorotan utama dalam diskusi ini. Hal ini dikhawatirkan dapat memicu stunting pada anak-anak di wilayah tersebut.
Akmal Malik pun menanggapi dengan mengungkapkan bahwa produksi beras dan penggantinya di Kaltim mengalami penurunan.
“Meskipun IKP Kaltim berada di atas rata-rata nasional, hal ini tidak dibarengi dengan kemandirian pangan. Banyak kebutuhan pangan masih diimpor dari luar daerah,” kata Akmal.
Meskipun impor pangan dapat membuka lapangan kerja baru, Akmal menegaskan bahwa hal ini dapat menjadi masalah dalam jangka panjang.
“Manusia bisa bertahan hidup tanpa listrik, tapi tidak bisa tanpa nasi atau pangan lainnya,” pungkasnya, menekankan pentingnya ketahanan pangan bagi Kaltim. (Ya/El/Sekala)