Balikpapan, Sekala.id – Riuh semangat dan ketegangan menyelimuti Sabtu malam (2/11/2024) di Grand Jatra Hotel Balikpapan. Dua pasangan calon (paslon) Bupati dan Wakil Bupati Kutai Timur (Kutim) saling unjuk visi dan strategi dalam debat perdana yang difasilitasi oleh KPU Kutim. Bukan sekadar debat biasa, acara ini menjadi ajang pertarungan pemikiran dan janji masa depan yang akan mewarnai arah Kutim lima tahun mendatang.
Sorotan utama tertuju pada perbedaan pendekatan yang diambil masing-masing paslon. Dengan setelan kemeja putih berbalut rompi, pasangan nomor satu, Kasmidi Bulang dan Kinsu, tampak percaya diri memaparkan rencana pembangunan inklusif dan pro-rakyat. Sementara itu, paslon nomor dua hadir dengan pakaian serupa namun berpeci hitam, memberikan sentuhan simbolis pada janji mereka untuk menjaga nilai-nilai lokal sembari membawa Kutim menuju era yang lebih modern.
Panggung debat kian memanas dengan serangkaian pertanyaan kritis yang diajukan panelis. Sesi ini menjadi penentu bukan hanya seberapa besar visi yang mereka tawarkan, tetapi seberapa realistis dan konkret janji-janji itu dapat diwujudkan.
“Kami ingin masyarakat bukan hanya mengenal calon, tapi juga bisa menilai bagaimana ide-ide mereka bisa diterapkan,” ungkap Ketua KPU Kutim, Siti Akhlis Muaffin.
Debat perdana ini juga dihadiri langsung oleh Pjs Bupati Kutim, M Agus Hari Kesuma (AHK), yang duduk bersama Forkopimda, Sekretaris Kabupaten Rizali Hadi, dan jajaran KPU serta Bawaslu Kutim. Para pendukung dari kedua paslon juga hadir, meski tanpa atribut kampanye, sesuai peraturan yang telah ditetapkan.
Tidak hanya mengenai kebijakan besar, debat ini juga menjadi refleksi kepribadian dan ketegasan masing-masing calon. Moderator memberi waktu yang sama kepada tiap paslon untuk menjawab, dengan aturan ketat tanpa interupsi atau penggunaan bahasa yang rumit. Bagi masyarakat, aturan ini membuat setiap gagasan yang disampaikan terasa langsung, jelas, dan mendalam.
Menariknya, meski panggung terasa intens, suasana tetap tertib, berkat dukungan para pendukung yang hadir tanpa atribut kampanye. KPU menetapkan bahwa tidak ada yel-yel atau sorak-sorai yang mengganggu, melainkan kesempatan bagi kedua paslon untuk berbicara tanpa gangguan.
“Ini bukan soal siapa yang lebih keras berteriak, tapi siapa yang lebih siap dengan program yang menjawab kebutuhan rakyat,” lanjut Siti.
Debat ini, yang disiarkan langsung oleh TVRI Kaltim, diharapkan menjadi momen pembelajaran politik bagi masyarakat Kutim. Lebih dari sekadar melihat siapa yang paling vokal atau karismatik, publik bisa menilai kesiapan tiap calon dalam menghadapi isu-isu strategis, dari ekonomi, infrastruktur, hingga kesejahteraan masyarakat.
“Debat ini membuka mata kita untuk memilih pemimpin yang bukan hanya bicara besar, tetapi mampu mengurai janji menjadi langkah nyata,” ujar salah satu warga yang menonton debat dari layar televisi.
Bagi KPU Kutim, acara ini bukan sekadar formalitas Pilkada, melainkan langkah nyata dalam memperkuat pemahaman masyarakat akan proses demokrasi. Dengan debat perdana ini, masyarakat Kutim diharapkan semakin mantap memilih sosok yang benar-benar mewakili aspirasi mereka. (Kal/El/ADV/Pemkab Kutim)