Samarinda, Sekala.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalimantan Timur memperingatkan potensi pasang sungai di Kota Samarinda dengan ketinggian mencapai 2,9 meter selama periode 21–30 April 2025. Kondisi ini diperkirakan berkaitan dengan banjir rob, yang bisa berdampak serius bagi warga, terutama yang tinggal di wilayah rendah.
Banjir rob sendiri merupakan banjir akibat meluapnya air laut saat pasang besar. Fenomena ini dapat diperparah oleh faktor alam seperti kenaikan muka air laut, badai, hingga pemanasan global. Namun, aktivitas manusia seperti reklamasi pantai, pengerukan, hingga eksploitasi lahan pesisir juga menjadi penyebab yang tak bisa diabaikan.
Berdasarkan kajian Universitas Gadjah Mada, banjir rob bukan hanya menggenangi wilayah pesisir, tapi juga berisiko menahan aliran sungai menuju laut. Jika debit air menumpuk, potensi jebolnya tanggul dan meluapnya air ke permukiman menjadi ancaman nyata.
Menanggapi hal ini, Pengamat Kebijakan Publik Universitas Mulawarman, Syaiful Bachtiar, meminta Pemerintah Kota Samarinda membentuk tim khusus untuk menangani banjir secara lebih sistematis.
“Ada dua jenis banjir di Samarinda. Pertama, banjir genangan akibat hujan deras yang cepat surut. Kedua, genangan yang lebih lama, terutama di kawasan langganan banjir. Ini butuh penanganan intensif,” jelas Syaiful.
Ia juga menyoroti pentingnya optimalisasi Bendungan Benanga di Lempake. Penggalian lebih dalam dan perluasan bendungan dinilai penting untuk mengatur debit air dari hulu seperti Muara Badak, Sungai Siring, hingga Tanah Merah.
“Air dari hulu bermuara ke Benanga. Jangan sampai area sekitarnya berubah fungsi jadi permukiman atau tambang batu bara,” tegasnya.
Syaiful berharap tambahan masa jabatan Wali Kota Samarinda, Andi Harun, dapat dimanfaatkan untuk mengatasi banjir secara konsisten dan menyeluruh.
“Banjir mungkin belum bisa dihapus total, tapi dampaknya bisa ditekan jika kebijakannya serius dan berkelanjutan,” tutupnya. (Jor/El/Sekala)