Samarinda, Sekala.id – Mesin yang mendadak brebet, mogok di tengah jalan, hingga motor yang tak bisa dinyalakan. Dalam sebulan terakhir, keluhan semacam itu jadi makanan sehari-hari di bengkel milik Sandy, yang terletak di bilangan Jalan Juanda, Samarinda.
“Biasanya satu-dua keluhan per hari, sekarang bisa tiga sampai lima,” ucap Risky (29).
Nyaris sebulan terakhir, mekanik tersebut yang nyaris tak sempat duduk tenang karena harus menangani antrean motor yang rusak. Mayoritas motor yang datang adalah tipe matik dan keluaran baru.
Ia menyebut kerusakan terbanyak terjadi pada pompa bensin. Bagian vital ini menjadi korban dari BBM yang diduga tercampur zat lain alias oplosan.
“Pompa bensin motor baru itu kecil dan sensitif. Kalau bensinnya kotor atau aneh, cepat rusak,” katanya.
Bahkan, ia mengaku bisa mencium perbedaan aroma dari BBM yang dipakai sekarang.
Sementara itu, bagi Sandy (35), lonjakan pelanggan ini memang membawa keuntungan. Penjualan suku cadang seperti filter fuel pump meningkat. Namun, ada yang membuatnya tak nyaman.
“Bengkel ramai, iya. Tapi di balik itu banyak pengendara yang dirugikan. Saya sedih kalau lihat ojol harus nunggu lama karena motornya mogok. Atau ibu-ibu yang harus jualan tapi gak bisa jalan,” ujar Sandy.
Di satu sisi, bengkel kecil ini jadi tumpuan bagi para pengendara yang mendadak dibuat panik oleh motornya sendiri. Di sisi lain, Sandy dan Risky ikut menanggung rasa iba melihat mereka yang datang dalam kondisi terdesak.
Di tengah belum jelasnya sikap resmi dari pihak terkait seperti Pertamina, bengkel ini punya satu saran darurat. Yakni menggunakan BBM eceran dalam botol kaca.
“Memang tidak ideal. Tapi setidaknya bisa dilihat warnanya, dicium baunya. Lebih mudah diseleksi,” ujar Risky. (Jor/El/Sekala)