Samarinda, Sekala.id -Skandal tambang ilegal di jantung Hutan Pendidikan Universitas Mulawarman (Unmul) makin terang. Meskipun aktivitas fisik di lapangan telah menghilang tanpa jejak, aparat penegak hukum kini mengantongi nama-nama yang diduga berada di balik perambahan kawasan konservasi tersebut: dua pekerja lapangan dan dua perusahaan yang ditengarai menjadi kaki tangan kepentingan bisnis tambang.
“Kami sudah telusuri lokasi, tak ada aktivitas. Tapi identitas dua pelaku dan dua perusahaan sudah kami kantongi,” ujar Kepala Balai Gakkum LHK Wilayah Kalimantan, David Muhammad, Kamis (24/4/2025).
Investigasi ini bermula bukan dari laporan resmi pemerintah, melainkan dari dokumentasi mahasiswa Fakultas Kehutanan Unmul yang mendapati kegiatan tambang mencurigakan di KHDTK Lempake seluas 3,26 hektare. Temuan itu membuka jalan bagi Gakkum menelusuri aktor-aktor di balik layar.
Dua individu berinisial RK dan AG diduga sebagai operator lapangan. Keduanya bekerja untuk dua perusahaan penyewa alat berat: PT TAA dan PT HBB. Perusahaan-perusahaan itu disebut berjejaring dengan Koperasi Serba Usaha PUMMA, yang dicurigai sebagai pelaksana utama kegiatan ilegal.
“Ada dua perusahaan yang kami lacak, diduga bekerja sama dengan KSU PUMMA. Mereka dalam proses pemeriksaan,” tegas David.
Namun, pemeriksaan tidak berjalan mulus. Salah satu pihak yang diduga terlibat, yakni perwakilan teknis dari perusahaan ABB, belum bisa diperiksa lantaran sedang berada di luar negeri menunaikan umrah. Gakkum bahkan mengaku harus meminta bantuan Polri untuk melacak jejak digital pelaku karena banyak pihak yang memilih menghindar. (Jor/El/Sekala)