Mahulu, Sekala.id – Langit Mahakam Ulu (Mahulu) tampak menjanjikan pada Kamis siang (14/11/2024). Di ruang kerja Bupati Mahulu, sebuah langkah kecil namun penuh arti terjadi. Sekretaris Daerah (Sekda) Stephanus Madang menyambut tim survei Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan RI. Pertemuan itu bukan hanya sekadar kunjungan kerja, melainkan bagian dari babak panjang mimpi besar, menghadirkan Bandara Ujoh Bilang sebagai pintu gerbang baru Mahulu ke dunia luar.
Tim Ditjen Perhubungan Udara, dipimpin Muhammad Fitriono, bersama Kurniawan Arsita, Firaz Azhar, Ardiyansa Ati, dan Kepala UPBU Datah Dawai Vitradisa Kertabudi, menerima sambutan yang tidak biasa. Dalam tradisi khas Mahulu, mereka disematkan lavung dan kalung manik oleh Sekda Stephanus. Bukan sekadar simbol, penghormatan ini melambangkan harapan besar masyarakat Mahulu atas dukungan pemerintah pusat dalam pembangunan bandara yang telah lama dinanti.
“Pembangunan Bandara Ujoh Bilang adalah perjuangan panjang sejak 2016. Tidak mudah, tapi kami tak pernah lelah. Ini semua demi membuka akses bagi masyarakat Mahulu dan mewujudkan kesejahteraan mereka,” tegas Stephanus, dengan nada suara penuh semangat.
Sejak awal, Bandara Ujoh Bilang dirancang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara, tetapi juga sebagai penggerak utama ekonomi dan pariwisata Mahulu. Lokasi Mahulu yang berada di pelosok Kalimantan Timur (Kaltim) menjadikan bandara ini harapan besar untuk memecah isolasi geografis sekaligus memperkuat konektivitas dengan wilayah lain.
Kunjungan tim survei Ditjen Perhubungan Udara kali ini bertujuan mengumpulkan data lapangan untuk penyusunan background study Rencana Strategis 2025-2029. Harapannya, Bandara Ujoh Bilang dapat segera masuk dalam prioritas pembangunan nasional.
Namun, tantangan tidak sedikit. Hingga saat ini, 21 tahapan teknis telah dilalui, termasuk pembebasan lahan dan studi kelayakan. Meski begitu, persoalan anggaran tetap menjadi pekerjaan rumah besar. “Kami memerlukan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah untuk mewujudkan bandara ini. Dengan kerja sama yang solid, Mahulu akan menjadi lebih terbuka dan mampu berkembang pesat,” tambah Stephanus.
Bukan hanya soal infrastruktur, bandara ini juga diharapkan menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi lokal. Dengan akses yang lebih baik, produk-produk unggulan Mahulu dapat menjangkau pasar lebih luas, sementara potensi pariwisata seperti budaya Dayak dan keindahan alam Mahulu bisa menarik lebih banyak wisatawan.
Kehadiran tim Ditjen Perhubungan Udara memberikan optimisme baru. Tidak hanya bagi pemerintah daerah, tetapi juga masyarakat yang selama ini bermimpi melihat Mahulu terhubung dengan dunia luar. Bandara Ujoh Bilang bukan lagi sekadar proyek, tetapi simbol perjuangan Mahulu untuk keluar dari keterbatasan dan meraih masa depan yang lebih cerah. (Jor/Mul/ADV/Pemkab Mahulu)