Sekala.id – Wabah antraks yang menyerang Gunung Kidul, Yogyakarta, telah menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. Wabah ini disebabkan oleh bakteri Bacillus Anthracis yang dapat menular ke manusia melalui kontak dengan hewan atau daging yang terinfeksi. Wabah ini telah menelan korban jiwa dan puluhan orang lainnya teridentifikasi positif antraks.
Penyebab Wabah Antraks di Gunung Kidul
Wabah antraks di Gunung Kidul bermula dari warga Pedukuhan Jati, Kelurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, yang mengonsumsi daging sapi mati yang terinfeksi bakteri antraks pada Mei 2023. Warga tersebut juga ikut menyembelih sapi yang sakit tanpa menggunakan alat pelindung diri. Hal ini menyebabkan spora antraks masuk ke dalam tubuh mereka melalui saluran pencernaan, pernapasan, atau luka pada kulit.
Bakteri antraks dapat bertahan dalam bentuk spora selama bertahun-tahun di dalam tanah atau daging. Spora ini dapat diaktifkan oleh kondisi lingkungan yang sesuai, seperti kelembaban, suhu, dan pH. Spora ini kemudian dapat menginfeksi hewan yang menggigit atau menginjak tanah atau daging yang mengandung spora. Hewan yang terinfeksi kemudian dapat menularkan bakteri antraks ke hewan atau manusia lainnya melalui darah, ludah, kotoran, atau daging.
Gejala Antraks pada Manusia
Antraks dapat menimbulkan gejala yang berbeda-beda tergantung pada cara penularannya. Ada tiga jenis antraks pada manusia, yaitu:
- Antraks kulit: terjadi saat spora antraks masuk ke dalam luka pada kulit. Gejalanya antara lain luka berbentuk bulat dengan pusat hitam, bengkak, nyeri, demam, dan sakit kepala. Antraks kulit dapat diobati dengan antibiotik dan memiliki tingkat kematian rendah jika ditangani segera.
- Antraks paru-paru: terjadi saat spora antraks masuk ke dalam saluran pernapasan. Gejalanya antara lain batuk, sesak napas, demam, menggigil, nyeri dada, dan muntah darah. Antraks paru-paru sangat berbahaya dan memiliki tingkat kematian tinggi jika tidak diobati dengan cepat.
- Antraks usus: terjadi saat spora antraks masuk ke dalam saluran pencernaan. Gejalanya antara lain diare berdarah, mual, muntah, nyeri perut, demam, dan syok. Antraks usus juga sangat berbahaya dan memiliki tingkat kematian tinggi jika tidak diobati dengan cepat.
Pencegahan Antraks pada Manusia
Untuk mencegah penularan antraks pada manusia, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu:
- Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak menyembelih atau mengonsumsi hewan atau daging yang sakit atau mati tanpa diketahui penyebabnya.
- Menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, dan baju tertutup saat berinteraksi dengan hewan atau daging yang diduga terinfeksi antraks.
- Melakukan vaksinasi pada hewan ternak untuk mencegah infeksi antraks.
- Melaporkan kepada petugas kesehatan hewan jika menemukan hewan yang sakit atau mati dengan gejala antraks.
- Melaporkan kepada petugas kesehatan manusia jika mengalami gejala antraks dan segera mendapatkan pengobatan.
Wabah antraks di Gunung Kidul merupakan peristiwa yang mengkhawatirkan dan membutuhkan penanganan yang serius. Masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit ini dengan mengikuti langkah-langkah pencegahan yang telah disampaikan. Semoga wabah ini segera berakhir dan tidak menimbulkan korban jiwa lagi. (Red/Sekala)