Kukar, Sekala.id – Dalam upaya menekan angka stunting di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), pemerintah daerah menetapkan tiga desa sebagai percontohan desa dan kelurahan D’Best atau Desa Bebas Stunting. Desa-desa tersebut adalah Giri Agung, Loa Janan Ulu, dan Samboja Kuala.
Wakil Bupati Kukar Rendi Solihin secara langsung mencanangkan Desa Samboja Kuala sebagai salah satu desa percontohan D’Best pada Rabu (8/11/ 2023). Ia mengatakan, program ini merupakan bagian dari program Kukar Idaman yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan dan stunting di daerahnya.
Menurut Rendi, stunting adalah masalah serius yang harus diatasi karena berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Ia mengungkapkan, dari data yang ada, hanya sekitar 50 persen dari 150 balita yang terdaftar di posyandu yang hadir secara rutin. Oleh karena itu, ia meminta petugas posyandu untuk lebih proaktif dalam melakukan pendekatan dan pelayanan kepada masyarakat.
“Kita harus jemput bola, jangan menunggu mereka datang ke posyandu. Ini agar kehadiran balita di posyandu bisa maksimal ke depannya,” ujarnya.
Rendi juga menekankan pentingnya kerjasama lintas sektor dalam menangani stunting. Ia menyebut, bukan hanya dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P2KB) yang bertanggung jawab, tetapi juga dinas-dinas lain seperti kesehatan, pendidikan, pertanian, dan sosial.
“Kolaborasi ini penting, sehingga bisa memaksimalkan pengentasan kemiskinan dan penurunan angka stunting di Kukar sesuai target yang diharapkan,” katanya.
Rendi juga menyampaikan kabar baik bahwa berkat kerjasama lintas sektor tersebut, angka stunting di Kukar hingga September 2023 telah mengalami penurunan yang signifikan, dari 27 persen menjadi di bawah 15 persen. Ia berharap, hasil ini bisa dipertahankan dan ditingkatkan lagi di masa depan.
“Kita tunggu rilis resmi dari Kementerian Kesehatan pada Desember nanti. Mudah-mudahan kita bisa mencapai target nasional, yaitu 14 persen atau lebih rendah,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas P2KB Kukar, Adinor mengatakan, tiga desa yang ditetapkan sebagai percontohan D’Best akan menjadi contoh bagi desa-desa dan kelurahan lain di Kukar. Ia menjelaskan, stunting bukan hanya ditentukan oleh faktor fisik, tetapi juga faktor gizi, kesehatan, dan lingkungan.
“Kenapa stunting itu penting, karena dampak jangka pendek dan panjangnya cukup mengkhawatirkan kita semua. Anak-anak yang mengalami stunting akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan, serta berisiko mengalami penyakit kronis di kemudian hari,” ujarnya. (Jor/El/ADV/Diskominfo Kukar)