Samarinda, Sekala.id – Lonjakan kasus pasien terjangkit Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Samarinda membuat Dinas Kesehatan (Dinkes) Samarinda memperkuat strategi penanganan. Bukan hanya soal pengobatan, namun juga menekankan pentingnya deteksi dini bagi kelompok berisiko tinggi dan penghapusan stigma terhadap penderita.
Kepala Dinkes Samarinda, dr Ismid Kusasih, menegaskan bahwa HIV kini menjadi prioritas karena masuk Standar Pelayanan Minimal (SPM) nasional. Menurutnya, semakin cepat pasien ditemukan, semakin besar peluang untuk menekan angka kematian akibat Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yakni fase turunan yang disebabkan HIV.
“Kuncinya adalah deteksi dini. Kalau cepat kita temukan, pasien bisa mendapat terapi lebih awal dan tidak jatuh ke AIDS,” ujarnya, Selasa (19/8/2025).
Ismid menjelaskan, layanan pengobatan HIV kini sudah tersedia hampir di semua fasilitas kesehatan, baik puskesmas, rumah sakit, maupun klinik swasta. Pemerintah pusat juga menyiapkan tata laksana pengobatan yang bisa diakses luas oleh masyarakat.
Meski demikian, ia menekankan bahwa tantangan terbesar ada pada stigma masyarakat. Penderita HIV kerap dijauhi, padahal dukungan sosial justru sangat dibutuhkan.
“Jauhi penyakitnya, bukan orangnya. Mereka harus dirangkul dan diberi pengobatan maksimal,” tegas Ismid.
Ia menambahkan, sebagian besar penularan HIV di Samarinda berasal dari hubungan seksual berisiko, khususnya kelompok laki suka laki (LSL), serta penggunaan jarum suntik narkoba. Karena itu, ia mendorong penanganan lintas sektor, mulai dari edukasi seksual, peran tokoh agama, hingga dukungan komunitas.
“Pengobatan HIV sifatnya jangka panjang, tujuannya menekan kadar virus dalam darah agar pasien tetap sehat. Prinsip kedokteran jelas, mencegah kematian sebesar-besarnya,” pungkasnya. (Jor/El/Sekala)