Kutim, Sekala.id – Stunting, masalah serius yang menghantui masa depan generasi muda di Kutai Timur (Kutim), kini mendapat perhatian besar dari Pemerintah Kabupaten. M Agus Hari Kesuma, Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Kutai Timur, bersama Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Achmad Junaidi, menegaskan komitmen penuh untuk menekan angka stunting yang masih tinggi.
“Penurunan angka stunting ini bukan sekadar program, tetapi misi utama kita untuk membangun generasi cerdas dan sehat di masa depan,” tegas Junaidi dalam kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Terintegrasi dan Manajemen Risiko, Senin (4/11/2024).
DPPKB Kutim punya peran penting dalam upaya ini. Selain memastikan keluarga memiliki akses ke layanan kesehatan reproduksi dan edukasi gizi, mereka juga mengupayakan peningkatan kualitas hidup secara menyeluruh.
“Sehat dan sejahtera adalah fondasi utama sebuah keluarga yang kuat. Dari keluarga inilah akan lahir masyarakat yang tangguh,” lanjutnya.
Stunting, lanjut Junaidi, bukan sekadar masalah gizi buruk. Ini adalah tantangan bagi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dengan penurunan prevalensi stunting, anak-anak Kutai Timur bisa tumbuh lebih sehat, cerdas, dan siap bersaing di masa depan.
“Ketika kita sukses menurunkan angka stunting, kita sedang mempersiapkan generasi yang lebih produktif,” ujarnya penuh optimisme.
Dalam Bimtek yang digelar ini, Junaidi berharap para peserta, yang terdiri dari pejabat struktural, fungsional, staf DPPKB, dan perwakilan perangkat daerah terkait, bisa memahami dengan baik penerapan SPIP Terintegrasi serta manajemen risiko.
“Lewat Bimtek ini, saya ingin peserta memahami dan menguasai teknik implementasi SPIP. Dengan begitu, setiap program penurunan stunting akan tepat sasaran dan berdampak nyata bagi masyarakat,” ungkapnya.
Ia menggarisbawahi beberapa poin penting bagi peserta Bimtek. Pertama, pemahaman materi Bimtek menjadi keharusan.
“Pahami materi agar bisa diterapkan dalam setiap program DPPKB,” ujarnya serius.
Kedua, pentingnya identifikasi risiko dalam pelaksanaan program serta penyusunan strategi mitigasi.
“Identifikasi setiap potensi risiko agar kita bisa bertindak cepat dan tepat,” lanjutnya.
Ketiga, ia mengimbau seluruh jajaran memperkuat koordinasi antarbidang dan pemangku kepentingan. Kolaborasi ini, menurut Junaidi, adalah kunci utama keberhasilan program penurunan stunting di Kutai Timur.
Sebelumnya, Ketua Panitia Kurnia mengungkapkan bahwa Bimtek ini diselenggarakan selama dua hari, mulai 4 hingga 5 November 2024, dengan format luring dan daring. Tujuannya adalah memperkuat pemahaman dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) DPPKB dalam penerapan SPIP dan manajemen risiko.
“Bimtek ini sangat penting untuk meningkatkan kapabilitas SDM di lingkungan DPPKB dalam menyusun kertas kerja serta memitigasi risiko dalam pelaksanaan program,” jelas Kurnia.
Kurnia menambahkan, sebanyak 54 peserta terlibat dalam Bimtek ini. Ia berharap, dengan bekal ini, DPPKB Kutai Timur mampu menjadi garda depan dalam penurunan angka stunting dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Jor/Mul/ADV/Pemkab Kutim)