Samarinda, Sekala.id – Tiga relawan Griya Mukti Sejahtera (GMS) meregang nyawa setelah kendaraan pikap yang mereka tumpangi terlibat kecelakaan tragis di tikungan Perum Vila Tamara, Jalan AW Sjahranie, Kelurahan Gunung Kelua, Senin (9/12/2024) malam. Kisah pengabdian yang berujung maut ini menyoroti bahaya laten praktik mengangkut penumpang di bak kendaraan.
Malam itu, ketiga relawan bergegas menuju lokasi kebakaran di Harapan Baru. Pikap yang mereka tumpangi melaju kencang, berpacu dengan waktu demi menyelamatkan yang tersisa. Namun, kecepatan berubah menjadi bumerang. Di sebuah tikungan tajam, sang pengemudi kehilangan kendali, dan kendaraan menghantam pohon dengan keras. Ketiga relawan yang berada di bak terlempar, dan nyawa mereka tidak dapat diselamatkan.
Kasat Lantas Polresta Samarinda, Kompol Creato Sonitehe Gulo, menepis spekulasi yang beredar di media sosial bahwa pengemudi menghindari kucing.
“Dari hasil olah TKP, tidak ditemukan bukti keberadaan kucing di lokasi. Kecelakaan ini murni disebabkan oleh kecepatan tinggi yang membuat pengemudi kehilangan kendali,” tegas Gulo.
Insiden ini menjadi pengingat pedih atas aturan yang sering diabaikan. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan jelas melarang pengangkutan penumpang di bak kendaraan.
“Praktik ini bukan hanya melanggar aturan, tapi juga sangat berisiko. Semua pihak harus lebih sadar akan bahaya yang mengintai,” ujar Gulo.
Ia menambahkan bahwa kendaraan darurat seperti pikap kerap digunakan secara seadanya tanpa memperhatikan standar keselamatan. Padahal, kendaraan pemadam resmi memiliki desain khusus yang dilengkapi pegangan dan pengaman bagi petugas.
“Relawan yang duduk di bak pikap tanpa pengaman sangat rentan terhadap kecelakaan fatal,” jelasnya.
Tragedi ini bukan sekadar cerita duka, tetapi juga tamparan keras bagi banyak pihak. Edukasi keselamatan bagi relawan menjadi kebutuhan mendesak.
“Relawan berada di garis depan untuk menyelamatkan nyawa. Namun, keselamatan mereka sendiri sering kali luput dari perhatian,” kata Gulo.
Sementara itu, masyarakat Samarinda masih berduka. Para relawan yang tewas di Vila Tamara adalah simbol pengabdian tanpa pamrih, sekaligus pengingat betapa mahalnya harga dari kelalaian. Kisah ini menjadi peringatan bahwa dalam setiap upaya menyelamatkan, keselamatan diri harus tetap menjadi prioritas. (Jor/El/Sekala)