Kutim, Sekala.id – Upaya Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) untuk mempercepat penurunan stunting kian gencar. Dalam Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) pada Rabu (30/10/2024), Sekretaris TPPS, Achmad Junaidi B, yang mewakili Pjs Bupati Kutim, M Agus Hari Kesuma. Di forum tersebut, berbagai pihak berkumpul, membahas strategi kolaboratif guna memberantas stunting yang masih menjadi momok kesehatan di Kutim.
Dalam sambutannya, Pjs Bupati Kutim menyampaikan pentingnya koordinasi lintas sektor untuk mencapai hasil optimal dalam upaya penurunan stunting.
“Kita perlu sinergi yang kuat supaya regulasi ini bisa jadi pedoman utama, dari tingkat daerah hingga desa, untuk menurunkan angka stunting di Kutim,” ujarnya.
Tak hanya sambutan formal, rapat ini juga jadi ajang pengukuhan komitmen para pemangku kepentingan, termasuk Forkopimda, perangkat daerah, dan mitra kerja dari program Bangga Kencana serta Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS). Dengan semangat membara, mereka menargetkan Kutim bebas stunting demi tercapainya generasi emas Indonesia pada tahun 2045.
Di sisi lain, Achmad Junaidi B yang juga Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB), memperkenalkan inovasi program terbaru, yakni “Cap Jempol Stunting.” Program ini menyasar sosialisasi langsung di tingkat kecamatan dan desa, dengan fokus pada remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita.
“Lewat Cap Jempol Stunting, petugas lapangan bisa langsung berinteraksi dengan keluarga berisiko, memberi edukasi seputar gizi seimbang dan pola asuh sehat. Edukasi yang dekat seperti ini diharapkan mempercepat pemahaman masyarakat tentang pentingnya mencegah stunting sejak dini,” jelas Achmad Junaidi.
Berbagai langkah strategis pun digodok dalam rapat ini. Fokusnya antara lain pada pemenuhan gizi seimbang untuk bayi dan ibu, program suplemen, fortifikasi gizi, hingga peningkatan akses sanitasi dan air bersih. Mereka sepakat bahwa pendekatan langsung dan terpadu sangat diperlukan.
Data berbasis e-PPGBM menunjukkan hasil menggembirakan, prevalensi stunting di Kutim yang awalnya 29 persen pada 2023 kini turun drastis menjadi 15,7 persen di September 2024. Data ini juga mengungkapkan penurunan signifikan pada jumlah keluarga berisiko stunting (KRS), dari 19.900 keluarga pada semester II 2023 menjadi 12.362 keluarga pada September 2024. Hal ini menjadi bukti awal dari efektivitas berbagai program intervensi di Kutim.
Tak kalah penting, jumlah anak yang mengalami stunting pun menurun, dari 1.801 pada Juni 2024 menjadi 1.748 pada akhir September 2024. Dari sisi wilayah, Kecamatan Muara Bengkal menjadi daerah dengan jumlah anak stunting tertinggi (224 anak), sedangkan Kecamatan Batu Ampar menjadi wilayah terendah dengan hanya 5 anak yang mengalami stunting. (Jor/Mul/ADV/Pemkab Kutim)