Kutim, Sekala.id – Kabupaten Kutai Timur (Kutim) kembali membuat gebrakan dengan memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) dalam kategori melukis batik Wakaroros terbanyak. Momen istimewa ini menjadi bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-25 Kabupaten Kutim yang dirangkai dalam Festival Magic Land Kutai Timur 2024.
Bertempat di Kawasan Polder Ilham Maulana, Sangatta, acara yang digelar pada Selasa (29/10/2024) ini resmi dibuka oleh Pjs Bupati Kutim, HM Agus Hari Kesuma. Dengan penuh semangat, Agus menyampaikan apresiasinya kepada masyarakat, terutama pelajar, yang menjadi motor utama dalam pemecahan rekor ini.
Dalam sambutannya, Agus menegaskan bahwa pencapaian ini tidak hanya soal angka, tetapi juga bukti nyata bagaimana budaya lokal Kutim bisa menjadi daya tarik nasional bahkan internasional.
“Ini bukan pertama kalinya Kutim mencatatkan Rekor MURI. Sebelumnya, kita berhasil memecahkan rekor memancing dengan peserta terbanyak dan masakan ikan tuna terbanyak menggunakan bumbu bawang tiwai. Hari ini, kita melanjutkan tradisi itu dengan melukis batik Wakaroros terbanyak,” ujar Agus penuh kebanggaan.
Lebih dari sekadar memecahkan rekor, Agus berharap momen ini menjadi pemantik semangat generasi muda untuk mencintai dan melestarikan budaya lokal. Ia menekankan pentingnya peran generasi muda dalam menjaga identitas budaya daerah, terutama di tengah bonus demografi yang dialami Kutim.
“Generasi muda harus bangga dengan warisan budaya kita. Dengan memahami dan melestarikannya, mereka bisa menjadi penggerak utama dalam memajukan Kutim,” tambah Agus.
Ribuan Pelajar Terlibat Aktif
Acara ini melibatkan sebanyak 1.500 pelajar tingkat SMP dan SMA dari 32 sekolah di Kecamatan Sangatta Utara dan Sangatta Selatan. Mereka berkumpul untuk melukis batik Wakaroros, motif khas Kutim yang menggambarkan kekayaan budaya daerah.
Mulyono, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutim, menjelaskan bahwa kegiatan ini bukan hanya soal rekor, tetapi juga wadah edukasi. “Kami ingin menanamkan rasa cinta terhadap budaya lokal sejak dini. Dengan mengenalkan batik Wakaroros, generasi muda diharapkan tidak hanya tahu, tetapi juga ikut melestarikan warisan ini,” jelas Mulyono.
Selain itu, kegiatan ini juga dirancang untuk menumbuhkan kreativitas para pelajar. Melukis batik tidak hanya menjadi ajang seni, tetapi juga sarana bagi anak muda untuk mengekspresikan diri.
“Kami berharap perayaan ini mampu memadukan nilai seni dan budaya, sekaligus menjadi momentum penting dalam perjalanan Kutim menuju usia yang lebih dewasa,” ujar Mulyono. (Jor/Mul/ADV/Pemkab Kutim)