Samarinda, Sekala.id – Isu lingkungan kembali menjadi sorotan dalam gelaran Festival Ibu Bumi Menggugat yang diselenggarakan oleh Kader Hijau Muhammadiyah (KHM) di Samarinda, Minggu (15/12/2024). Dengan mengusung tema “Ta’awun untuk Keadilan Ekologi”, acara ini menjadi wadah bagi berbagai kalangan untuk berdiskusi dan berkreasi dalam rangka mendorong kesadaran kolektif terhadap pentingnya menjaga lingkungan.
Dialog yang menghadirkan para pembicara dari berbagai latar belakang, seperti aktivis lingkungan, perwakilan organisasi pemuda, hingga jurnalis, berhasil menyedot perhatian peserta. Mereka membahas beragam persoalan lingkungan yang mendesak, mulai dari pertambangan yang tidak berkelanjutan hingga dampak perubahan iklim.
“Acara ini merupakan kelanjutan dari roadshow kami di beberapa daerah lain,” ungkap Aidil, Ketua Panitia. “Kami ingin membuka ruang dialog bagi anggota Muhammadiyah untuk memahami lebih dalam tentang isu-isu lingkungan dan keputusan-keputusan yang diambil oleh pimpinan pusat,” tambahnya.
Menariknya, Aidil juga menyoroti adanya perbedaan pandangan di internal Muhammadiyah terkait pengelolaan sumber daya alam, khususnya pertambangan. Ia berharap melalui kegiatan ini, para anggota dapat memiliki pemahaman yang lebih kritis dan turut serta mengawal setiap kebijakan yang diambil.
“Kami ingin mendorong anggota Muhammadiyah untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga menjadi aktor perubahan,” tegas Aidil.
Selain dialog, festival ini juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seni, seperti tari, puisi, dan musik. Hal ini menunjukkan bahwa isu lingkungan tidak hanya menjadi bahan diskusi serius, tetapi juga bisa disampaikan melalui bahasa seni yang lebih populer.
Partisipasi aktif dari pemuda, khususnya anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), juga menjadi salah satu sorotan dalam acara ini. Adinda Rahmadhani, perwakilan PW IPM Kaltim, mengungkapkan pentingnya melibatkan generasi muda dalam upaya pelestarian lingkungan.
“Pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga lingkungan. Kami harus mulai dari diri sendiri dan mengajak orang-orang di sekitar kita untuk turut serta dalam aksi nyata,” ujarnya.
Meskipun semangat para peserta sangat tinggi, namun masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam upaya mewujudkan keadilan ekologi. Salah satu tantangan utama adalah adanya kepentingan ekonomi yang seringkali bertentangan dengan upaya pelestarian lingkungan.
Namun demikian, para peserta tetap optimis. Mereka berharap melalui kegiatan seperti ini, kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan akan terus meningkat. Selain itu, mereka juga berharap pemerintah dan pihak swasta dapat bekerja sama untuk mencari solusi yang berkelanjutan bagi permasalahan lingkungan. (Jor/El/Sekala)