Myanmar, Sekala.id – ASEAN Cup 2024 menjadi panggung besar pertama bagi generasi baru Timnas Indonesia. Dengan komposisi skuad yang didominasi oleh pemain muda, pelatih Shin Tae-yong menghadapi tantangan unik. Yakni membangun tim yang solid dengan wajah-wajah yang belum terbukti di level senior.
Laga perdana melawan Myanmar di Stadion Thuwunna, Yangon, Senin malam (9/12/2024), akan menjadi sorotan. Bukan hanya soal hasil, tapi juga soal bagaimana Shin meramu para pemain muda ini menjadi kekuatan yang menakutkan.
Shin Tae-yong bukanlah pelatih yang takut mengambil risiko. Membawa 16 pemain yang belum pernah mencicipi pertandingan di timnas senior ke ajang sebesar ASEAN Cup mungkin terlihat seperti perjudian, tetapi ini mencerminkan keyakinan besar Shin pada proyek jangka panjangnya. Dalam skema 3-4-2-1 andalannya, Shin berupaya menghadirkan fleksibilitas yang memungkinkan tim bermain agresif saat menyerang dan solid saat bertahan.
Namun, pertanyaannya tetap, apakah generasi baru ini siap untuk menghadapi tekanan laga internasional?
Salah satu posisi paling krusial adalah penjaga gawang, dan nama Cahya Supriadi menjadi kandidat utama. Meski belum pernah tampil untuk timnas senior, Cahya memiliki modal pengalaman di timnas U-19 dan performa yang stabil di level klub bersama Bekasi City FC. Dibanding dua kiper lainnya, Erlangga Setyo dan Daffa Fasya, Cahya memiliki jam terbang lebih tinggi musim ini, yang menjadi salah satu pertimbangan Shin.
Lini Belakang: Pertaruhan pada Pemain Muda
Lini belakang kemungkinan besar akan dihuni oleh trio Muhammad Ferarri, Kakang Rudianto, dan Kadek Arel. Ferarri, dengan empat caps di timnas senior, menjadi pemain paling berpengalaman di antara ketiganya. Namun, Kakang dan Kadek, meski belum debut di level senior, memiliki reputasi sebagai pemain muda yang tangguh di klub masing-masing.
Kedekatan emosional ketiganya, yang pernah bermain bersama di level junior, menjadi modal penting dalam membangun chemistry di lini pertahanan.
Tak ada kejutan di posisi bek sayap. Pratama Arhan dan Asnawi Mangkualam tetap menjadi pilihan utama. Kombinasi pengalaman dan kemampuan mereka untuk naik-turun membantu serangan dan bertahan menjadi elemen kunci dalam strategi Shin. Statistik Arhan dengan 64 caps di bawah Shin hanya mempertegas perannya sebagai salah satu pemain paling vital di tim.
Di lini tengah, nama Marselino Ferdinan dan Arkhan Fikri menjadi sorotan. Marselino dikenal sebagai pemain kreatif yang mampu menciptakan peluang dari situasi sulit, sementara Arkhan adalah gelandang serba bisa yang diandalkan Shin sejak lama.
Sementara itu, lini depan menjadi area yang menarik. Hokky Caraka, yang telah mencatatkan 12 gol di bawah Shin, kemungkinan besar akan memimpin serangan. Namun, kehadiran pemain muda seperti Ronaldo Kwateh dan Rafael Struick menawarkan opsi lain yang bisa mengejutkan lawan.
Myanmar mungkin bukan tim unggulan di atas kertas, tetapi bermain di kandang sendiri membuat mereka memiliki keunggulan tersendiri. Shin pasti sadar bahwa atmosfer Stadion Thuwunna bisa menjadi tekanan tambahan bagi para pemain mudanya.
Namun, jika ada satu hal yang pasti, ini adalah ujian pertama yang sempurna untuk melihat sejauh mana kesiapan generasi baru Timnas Indonesia ini.
Lebih dari sekadar hasil pertandingan, laga melawan Myanmar adalah tentang menemukan identitas baru bagi Timnas Indonesia. Shin Tae-yong telah membuka jalan bagi pemain muda untuk mengambil alih panggung besar, sesuatu yang jarang terjadi dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Apakah kepercayaan ini akan dibayar dengan penampilan gemilang? Ataukah proses belajar yang panjang masih menjadi harga yang harus dibayar? Semua jawabannya akan kita temukan malam ini di Yangon. (Jor/El/Sekala)