Sekala.id – Taylor Swift bukan hanya sekadar penyanyi pop, tapi juga fenomena budaya yang layak dipelajari. Itulah yang mendasari Universitas Harvard, salah satu kampus paling bergengsi di dunia, untuk membuka kelas khusus tentang bintang pop berusia 33 tahun itu. Kelas yang bernama Taylor Swift and Her World ini akan dimulai pada musim semi 2024, setelah Taylor mengakhiri tur konsernya yang spektakuler, The Eras Tour 2023, di Sao Paulo, Brasil.
Kelas ini akan dipimpin oleh Stephanie L. Burt, seorang profesor, penyair, dan kritikus sastra yang juga merupakan penggemar berat Taylor Swift. Menurut deskripsi mata kuliah yang tersedia secara online, kelas ini akan mengkaji musik Taylor Swift yang berhubungan dengan berbagai karya sastra, serta budaya penggemar selebritas, khususnya Swifties.
Taylor Swift adalah salah satu artis country atau pop yang paling terkenal di Amerika Utara, bahkan di dunia. Ia telah menulis lagu-lagu yang mencakup berbagai genre, dan dampak ekonominya telah memengaruhi banyak kota. Dalam kelas ini, para mahasiswa akan menelusuri katalog Taylor Swift, termasuk lagu-lagu hits, deep cuts (karya yang kurang dikenal), dan rekaman ulang. Mereka juga akan mempertimbangkan penulisan lagu sebagai seni tersendiri, yang berbeda dengan puisi yang dilantunkan atau dibaca dalam hati.
Profesor Burt sendiri mengaku telah menjadi penggemar Taylor Swift sejak tahun 2009, ketika ia pertama kali mendengar lagu-lagu sang bintang pop. Ia merasa lagu-lagu Taylor Swift lebih baik dan lebih menarik daripada lagu-lagu pop lain yang diputar saat itu. Empat belas tahun kemudian, ketertarikannya pada Taylor Swift masih berlanjut hingga ke ruang kelas, hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengajarkan kelas khusus tentang Taylor Swift di kampus anggota Ivy League itu.
Dalam kelas ini, para mahasiswa tidak hanya akan mendengarkan dan menganalisis lagu-lagu Taylor Swift, tetapi juga membaca sejumlah penulis yang menurut Burt relevan untuk memahami kesenian Taylor Swift. Beberapa penulis yang akan dibahas antara lain adalah William Shakespeare, Emily Dickinson, Walt Whitman, Sylvia Plath, dan Kendrick Lamar.
Harvard Tidak Sendirian
Harvard bukanlah kampus pertama yang menawarkan studi seputar Taylor Swift. Sebelumnya, sudah ada beberapa institusi lain yang juga membuka kelas-kelas bertema Taylor Swift, seperti University of Texas, Arizona State University, Stanford University, dan UC Berkeley.
Tren ini dimulai dari kursus Swift di New York University yang diajarkan oleh penulis Rolling Stone, Brittany Spanos. Kursus tersebut diluncurkan pada awal tahun lalu, dan mendapat sambutan hangat dari para mahasiswa. Bahkan, Taylor Swift sendiri memberikan penghargaan kepada Spanos dengan memberikannya gelar doktor kehormatan dan menjadi pembicara pada upacara wisuda musim semi 2022.
Tahun ini memang menjadi tahun yang luar biasa bagi Taylor Swift, yang telah memenangkan 12 Grammy Awards, 10 Billboard Music Awards, dan 6 nominasi Recording Academy Grammy Awards. Ia juga telah merilis dua album baru, yaitu Speak Now (Taylor’s Version) dan 1989 (Taylor’s Version), yang merupakan versi ulang dari album-album lamanya. Selain itu, ia juga telah menggelar tur konser The Eras Tour dan film konsernya yang ditayangkan di seluruh dunia. Dengan segala pencapaiannya itu, Taylor Swift dikabarkan telah menjadi miliarder. (No/Ah/Sekala)